02 December 2008

WAHSYI Si Pembunuh Hamzah

Sebuah novel, ditulis oleh NAJIB KAILANI (sastrawan pergerakan dari Mesir)

Diterbitkan oleh Syaamil Cipta Media 2004
Saya baca pada akhir 2006, di perpustakaan kecil PG Rejosari, Gorang-Gareng.

"Telah kutebus kemerdekaanku dengan membunuh paman Muhammad, namun mengapa aku masih merasa sebagai seorang budak??Dimanakah kebebasan hakiki itu? "

Itulah satu petikan kalimatnya. seorang budak hitam yang dimiliki oleh Pembesar Quraisy Jubair bin Muth'im.Oleh tuannya dan Hindun binti Utbah ia dijanjikan kemerdekaan apabila berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib.

Pada perang Uhud*,lemparan tombaknya mengenai lambung Hamzah. Singa Allah yang perawakan dan wajahnya mirip Rasulullah itupun syahid. Sesungguhnya ketika menyaksikan kematian Hamzah, matanya basah oleh air mata tanpa dia ketahui penyebabnya.Tidak dirasakannya ketentraman, dan ia berlari kesana kemari dikejar ketakutan selama perang berlangsung.

*(Perang Uhud yang memberikan pelajaran tentang ketaatan kepada qiyadah dan tidak terbuai dengan ghanimah bagi kaum muslimin, menjadi ajang pesta pora bagi kaum musyrikin. Mengetahu Hamzah terbunuh, Hindun mendatangi jasadnya, merobek perutnya, memotong hidung dan kedua telinga Hamzah untuk dijadikan hiasan)

Sekembalinya dari perang, di Mekkah Wahsyi menyadari dirinya tidak bahagia seperti yang diinginkannya.Walau kini ia telah merdeka. Ketakutannya bahwa Muhammad saw akan membalas dendam atas kematian pamannya menghantuinya. Bayang-bayang Hamzah yang mengikutinya sebagai akibat rasa bersalahnya terus memburunya. Ia menemukan Ablah -budak Jubair bin Muth’im- kekasihnya telah menjadi pemeluk agama Muhammad, dan membentangkan jarak yang panjang tanpa bisa diraihnya. Membuatnya tidak habis pikir kenapa Ablah bisa seteguh itu melewati masa-masa penyiksaan oleh tuannya. Di Kemudian hari didapatinya pula Suhail, sahabatnya telah mengimani agama Muhammad dan hijrah ke Tsaqif.

Waktu berlalu, dan sampailah pada masa disepakatinya perjanjian Hudaibiyah. Hari yang dijanjikan tiba. Rasulullah bersama pengikutnya melakukan umrah ke Mekkah. Wahsyi bersama penduduk Mekkah lainnya menyaksikan dari puncak bukit disekeliling kota. Saat itulah ia melihat betapa merdu Bilal bin Robah mengumandangkan azan di puncak ka'bah, dan kemudian Muhammad melapangkan tempat untuknya untuk melaksanakan shalat. Saat itulah terbit cemburunya. Kenapa Bilal menjadi demikian mulianya di samping Muhammad.

Satu kejutan lagi, kemudian didapatnya. Khalid bin Walid mengumumkan keIslamannya dan hijrah menyusul Muhammad, demikian juga dengan Wishal, seorang pelacur dimasa itu yang biasa didatanginya dimalam-malam panjangnya yang penuh kegelisahan dan ketakutan. Kecamuk dalam hatinya kian hebat. Akankah ia mengikuti agama Muhammad. Dorongan hatinya mengatakan demikian. Perlahan ia menyadari, inilah pintu kebebasan yang sesungguhnya...yang dicari-carinya. Tapi, Hamzah telah mati ditangannya. Akankah Muhammad mengampuninya. Hingga Fathul Mekkah pun, ketika banyak penduduk Mekkah menyatakan keIslaman kepada Muhammad, ia memilih melarikan diri ke Tsaqif.

Menumpang di tempat Suhail, sahabatnya di Tsaqif, ia melewati harinya dengan kegundahan. Sahabatnya yang telah lebih dulu masuk Islam, meyakinkannya untuk menghadap Muhammad dan menyatakan keimanannya. Tetapi,ketakutan telah lebih dahulu menguasai hatinya.

"Oh, sesungguhnya aku mengetahui bahwa dia berada dipihak yang benar. Aku juga merasakan bahwa seberkas cahaya, Allah kirimkan kedalam hatiku, kebenaran yang tak sanggup aku mengingkarinya. Aku juga merasa bahwa pikiran-pikiranku telah menyingkap segala yang ada dihadapannya. Muhammad memang berada pada pihak yang benar. Aku telah mengetahui semua itu dalam pikiran dan jiwaku sejak dahulu kala. Namun aku berusaha mengempaskan semua hakikat itu, menyembunyikannya di balik tirai kecongkakan dan kepongahan...."

Wahsyi melangkah dengan keimanan di dadanya menuju Madinah.
"Benar akulah yang membunuhnya dengan licik karena aku takut menghadapinya dilapangan terbuka. Aku benar-benar tidak berpikir waras untuyk mempersiapkan segala sesuatu yang harus kulakukan untuk mendapatkan kemerdekaanku. Sarana bagiku tidaklah penting. aku tidak dapat membayangkan hubungan yang sebenarnya antara tujuan dan sarana. Aku hanya membayangkan bahwa kebebasan dapat aku raih dengan melakukan apa saja. Namun ketika aku meraihnya, justru aku semakin didera kesedihan , kepedihan, dan siksa yang membelenggu jiwaku...."

Wahsyi telah berada dinaungan akidah nan agung. Dia memilih Islam. Mengikuti sisi hatinya yang paling fitrah. Kemudian dalam perang-perang melawan para pembangkang Islam dia senantiasa turt serta. Walau saat bertemu dengan Rasulullah dan menyatakan Keimanannya, dia diminta menceritakan bagaimana hamzah terbunuh, Rasulullah mengatakan "Celakalah engkau, hai Wahsyi! singkirkan wajahmu dari hadapan mataku" . Itulah ungkapan kesedihan Rasulullah, atas rasa kasihnya kepada pamannya Hamzah.

Wahsyi memilih duduk di sudut masjid agar Rasulullah tidak melihatnya ketika berkhutbah. Itulah rasa bersalah yang diwujudkannya. Hatinya menangis, merindukan Rasulullah. Rasulullah wafat setelah melaksanakan haji wada'. dan Wahsyi telah membayar kesalahannya.dengan tombaknya. Ia berhasil membunuh Musailamah Al Kadzab, si nabi palsu...

Menjadi mujahid adalah akhir hidupnya.
(mbak S.H lagi)





No comments: