02 December 2008

Malam Adalah Kejujuran dan Harapan

Saya terbangun dengan perasaan “nelangsa”. Setelah mengambil air wudhu, shalat isya yang tertunda karena tertidur ba’da tilawah maghrib tadi saya tunaikan. Kemudian terdiam... Ampuni saya ya Allah...atas keterlambatan menyambut panggilanMu. Perasaan “nelangsa” masih menyisip.

Senin, adalah hari yang berat sebetulnya...tapi saya sangat merindukannya, dan menginginkan lebih banyak hari seperti hari Senin dalam 1 pekan. Kenapa berat, karena menguras katahanan fisik dan bensin (lho…). Pernah saya iseng menghitung jarak yang saya tempuh pada hari senin :

Rumah (Takeran) - Madiun kota (kost partner kerja saya) - RS. Paru Dungus (tempat tugas saya di hari senin) — Madiun kota — Magetan (mentoring AKBID) - balik ke Rumah (menjelang Maghrib)
Total : sekitar 80 km

Dan kenapa merindukan ??? Karena sambil mengendara sepeda motor saya bisa tuntas membaca ma’tsurat pagi+sore+dzikir, berdo’a (apalagi jika sedang hujan deras dan angin berhembus kencang), merenung, dan merasa hari saya berarti. Di kantor mendapati trouble2 yang justru menambah wawasan saya, dan di Akbid menyemai harapan atas berlangsung dan berkembangnya Dakwah di kota kecil ini. Hari Senin selau saya lalui dengan hati puas. Ba’da maghrib, rasanya mata saya sudah meredup. Dan akhirnya...log off.

Suatu Selasa, 01.00
Kembali ke perasaan “ nelangsa”. Saat itu rasanya saya sangat sedih atas banyak hal. Yang saya sendiri coba memahaminya. Ruwet juga ternyata, menjelaskan dalam kata-kata. Akhirnya, saya menemukan satu tulisan yang mungkin bisa menerjemahkan yang saya rasakan saat itu.
“ Para da'i mukmin sentiasa terdedah kepada dua tarikan: Tarikan keimanan, niat, kesungguhan dan kesadarannya terhadap tanggungjawab. Dengan itu dia berada dalam amal salih dan azam kebaikan. tarikan syaitan pula dari sudut yang lain, menghiasi futurnya dan menghiasi cintanya kepada dunia. Menyebabkan dia berada dalam kelalaian, malas, panjang angan-angan dan berlengah-lengah dalam mempelajari apa yang tidak diketahuinya. Berulang-alik di antara kedua-dua tarikan ini adalah suatu yang sudah ditentukan oleh Allah, tidak akan berhenti, terus berlaku” (Al Munthalaq, 3)

Jadi, sebenarnya tidak ada jaminan bagi kita untuk selalu terjaga. untuk selalu lurus. Walau kita mengikrarkan diri kita da’I mukmin. Kita harus waspada, karena syetan mengintai dalam banyak celah. Godaan dan tarikan itu bisa berupa kelelahan fisik yang dimanfaatkan “dipelintir” oleh syetan menjadi kondisi yang dramatis sehingga muncul lintasan-lintasan pikiran yang mengurangi keikhlasan. Berinteraksi dengan orang lain selalu membawa berbagai kesan, pun ketika beramal jama’i dengan sesama ikhwah. Kurang kondusifnya lingkungan dan suasana yang melingkupi “bila dibandingkan dengan suasana kampus” (bisa lingkungan sekitar tempat tinggal, tempat kerja, bahkan dengan ikhwah) bisa juga menjadi celah yang menimbulkan lintasan-lintasan pikiran yang melemahkan. Saya seringkali merasa sangat jenuh dengan hal-hal yang saya temui sehari-hari. Di lingkungan sekitar rumah saya mendapati penduduk desa yang hidupnya “datar2” saja...yang sangat memerlukan pencerahan dan pemahaman dalam ber-Islam. Dikantor saya menemukan pemborosan uang dan fasilitas Negara, kemaksiatan dan nafsu yang tidak disapih, sementara disisi lain mendapati pasien-pasien miskin yang diuji dengan berbagai penyakit dan “kekeliruan” Negara mengurus rakyatnya. Di perjalanan saya menemukan kondisi begitu-begitu saja. Tanpa perubahan berarti. Bersama Ikhwah, ada hal-hal yang saling berbeda dan menjadikan adanya sedikit kejengkelan terselip. Jika tidak dimanage dan dikelola dengan baik, maka hal-hal yang kita saksikan, rasakan, dan temui sehari-hari bisa menjadi berbahaya.

Perasaan suka kepada kebaikan dan di sisi lain ada Perasaan benci pada hal-hal buruk sebenarnya adalah tanda hati yang hidup. Tetapi saat-saat kita mengalami kelelahan fisik seringkali kelelahan-kelahan kita pada kondisi “kurang baik” turut muncul. Berbagai lintasan pikiran bisa muncul disini. Sebut saja yang buruk...kejengkelan kita pada saudara-saudara kita, lemah dan merasa tidak ada hasil dari aktivitas dakwah, memandang enaknya saudara kita yang berdakwah di tempat lain, bahkan bisa sampai pada perasaan kalut ingin meninggalkan medan dakwah yang menghampar. .. Buku yang saya baca menyebutnya sebagai “saat gerhana jiwa”.

Pada saat-saat seperti itulah, malam hari menjadi pilihan waktu yang sangat baik untuk memulihkannya. Malam hari adalah saatnya jiwa dan raga beristirahat. Bukan berarti tidur sepuas-puasnya “balas dendam” (seperti ungkapan teman-teman kerja saya setelah lelah seharian) melainkan membagi antara istirahat untuk memulihkan tenaga dan bangun menegakkan shalat, muhasabah, menguntai do’a untuk memulihkan kelelahan jiwa. Dalam banyak riwayat kita tentu membaca malam saat kebanyakan orang terlelap adalah saat Allah mengabulkan semua permintaan hambanya. Jadi itulah saat yang tepat bagi kita untuk memenuhi diri dengan kejujuran. Meminta kepada Allah agar kita bisa mengenali diri kita sendiri, memohon ampun atas khilaf yang terselip, prasangka buruk, dan lintasan-lintasan pikiran yang buruk. Disisi lain meminta dan berdo’a untuk berbagai harapan baik, cita-cita, peneguhan azzam. Agar bisa melaui esok hari dengan raga dan jiwa yang telah pulih.

“ Sekiranya matahari tiada lagi atau gravitasi bumi telah lenyap dari alam ini, dapatkah kamu bayangkan betapa hebatnya keguncangan dan kerusakan yang akan berlaku?

Demikianlah juga kewujudan dakwah kebenaran. Ia umpama matahari, bulan, bintang-bintang, gravitasi, air dan udara yang membentuk kebahagian dari hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah. Jika tidak, tentulah akan berlaku kiamat.

Namun, kenyataan bahwa kewujudan dakwah adalah sebahagian dari sunnatullah hanya dapat dilihat oleh pemilik hati yang salim, sama sebagaimana gravitasi hanya dapat dilihat oleh orang yang berpelajaran.

Inilah inspirasi keteguhan azam seorang muslim untuk terus bersama dengan jalan dakwah. Mereka terus menghadapi kesusahan hanya semata untuk memastikan ketetapan Allah ini terus berlaku dan terserlah. Moga dengannya dia termasuk di kalangan orang yang berjaya. Tetapi, sesiapa yang berpaling dari jalan yang mulia ini, sunnatullah akan terus berjalan tanpa henti, tidak menghiraukannya. Allah akan memberi hidayah kepada kaum yang lain pula untuk menyerlahkan kekuasaan dan merealisasikan sunnahNya ini “ (Al Munthalaq, 24)
Ya...ingatlah,
saat kita lelah...

Ini hanyalah gerhana, bukan terbenamnya matahari.
(ukhti S.H) -- kayaknya sih..(isengnya admin)

No comments: